Berkiblatpada madzhab Islam cinta tidak harus menjadi sufi atau kalangan tasawuf. Karena ajaran tasawuf sebenarnya adalah sebuah sikap moral dan hati dalam mencari hakikat kebenaran yang sejati. Dengan bermadzhab Islam cinta, seorang mestinya lebih mampu seimbang dalam menekuni kehidupan, baik dunia maupun akhirat.HAKIKAT TASAWUFOleh Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan al FauzanKata tasawuf dan sufi tidak dikenal pada awal Islam. Ia terkenal ada setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari umat-umat yang hidup di belakang Islam ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan dalam Majmu’ Fatawa-nya ”Adapun kata sufi tidak dikenal di 3 masa yang utama shahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan hanya dikenal setelah masa itu. Hal ini banyak dinukil oleh para imam , seperti imam Ahmad bin Hambal , Abu Sulaiman Ad-darani dan lain-lain. Diriwayatkan bahwa Sufyan Ats-Tsuari berbicara tentang masalah ini sufi, tapi sebagian mereka mengatakan riwayat tsb dari Al Hasan Al Sufi itu tidak ada dalam Islam. Ada yang mengatakan bahwa asalnya adalah dari kata Shuuf bulu domba dan inilah yang terkenal di kalangan banyak orang. Dan sufi yang pertama muncul adalah di negeri yang pertama kali mengadakan gerakan sufi ini adalah sebagian dari sahabat Abdul Wahid bin Zaid , ia adalah seorang sahabat Al Hasan Al Basri. Ia Abdul Wahid populer di Basrah dengan sifatnya yang keterlaluan dalam zuhud , ibadah , rasa takut dan lain-lain. Tidak ada penduduk kota itu yang seperti Syaikh telah meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Muhammad bin Sirin bahwa telah sampai berita kepadanya tentang sebagian kaum yang lebih mengutamakan pakaian dari bulu domba. Ia berkata ” Sesungguhnya ada suatu kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita lebih kita cintai. Nabi juga memakai pakaian dari katun dan lain-lain, atau komentar yang senada dengan beliau Ibnu Taimiyah melanjutkan ” Mereka menisbatkan kepada pakaian yang dhahir, yaitu pakaian dari bulu domba, maka mereka disebut shuffi…. Akhirnya beliau ibn Taimiyah berkata ” Maka inilah asal tasawwuf, kemudian berkembang menjadi beraneka ragam dan bercabang-cabang”[1]Disini diterangkan bahwa tasawuf tumbuh di negeri-negeri Islam melalui para ahli ibadah dari Basrah sebagai hasil dari sikap keterlaluan mereka dalam zuhud dan ibadah. kemudian hal itu terus berkembang melalui kitab-kitab orang belakangan dan ditanamkan dinegeri-negeri kaum muslimin melalui ideologi-ideologi llain seperti Hindu, Budha dan kepasturan Nashrani. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Muhammad bin Sirrin yang berkata ”Sesungguhnya ada suatu kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita lebih kita cinta.”Jelaslah bahwa tassawuf memiliki ikatan dengan agama Nashrani !!!Dr. Shobir Tho’imah memberi komentar dalam kitab As Shufiyah Mu’taqadan wa Maslakan ”Jelas bahwa tasawuf memiliki pengaruh dari kehidupan para pendeta Nashrani , mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara. dan ini banyak sekali . Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan negeri dengan tauhid. Islam memberikan bekas dengan jelas terhadap kehidupan peribadatan orang-orang dahulu”[2]Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir rahimahullah berkata dalam bukunya At Tashawwuf al Mansya’ wal Mashadir ” Ketika kita memperhatikan dengan telitiI tentang ajaran sufi yang pertama dan terakhir belakangan serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab sufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Sufi dengan al Qur’an dan As Sunnah. Begitu juga kita tidak melihat adanya bibit-bibit sufi di dalam perjalanan hidup Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat beliau , yang mereka adalah sebaik-baik pilihan Allah dari kalangan mahlukNya setelah para Nabi dan Rasul ,ed , tetapi kita bisa melihat bahwa sufi diambil dari percikan kependetaan Nasharani , Brahmana Hindu dan Yahudi serta kezuhudan agama Budha[3].Syaikh Abdurrahman al Wakil rahimahullah berkata di dalam kitabnya Mashra’ut Tashawwuf ”Sesungguhnya tasawwuf itu adalah tipuan/makar paling rendah/hina dan tercela. Setan telah membuatnya menipu para hamba Allah dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan rasulNya. Sesungguhnya tasawuf adalah sebagai topeng kaum Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang Rabbani , bahkan juga topeng semua musuh agama ini Islam. Bila diteliti ke dalam akan ditemui di dalamnya ajaran sufi itu Brahmaisme, Budhisme, Zorotoisme, Platoisme, Yahudisme, Nashranisme, dan Paganisme”[4]Dalam kesempatan ini kita telah membawakan pendapat-pendapat dari kitab-kitab sekarang tentang asalnya sufi dan juga banyak yang tidak kita sebutkan yang semuanya saling berpendapat seperti ini. Jelaslah bahwa sufi adalah ajaran dari luar yang menyusup ke dalam Islam. Hal ini tampak dari kebisaan-kebiasaan yang dinisbatkan kepadanya tashawwuf. Sufi adalah suatu ajaran yang aneh asing di dalam Islam dan jauh dari petunjuk Allah Azza wa dimaksud dengan kalangan sufi yang belakangan adalah mereka yang sudah banyak berisi kebohongan. adapun yang terdahulu dinisbatkan , mereka masih netral seperti Al Fudhail bin Iyadh , Al Junaid , Ibrahim bin Adham dan lain-lain.[Disalin dari kitab Haqiqatuth Tashawwuf wa Mauqifush Shufiyyah min Ushulil Ibadah wad Diin, Edisi Indonesia Hakikat Tasawwuf, Penulis Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan, Alih Bahasa, Muhammad Ali Ismah, Penerbit Pustaka As-Salaf , Gumpang RT 02/03 N0. 559 Kertasura Solo 57169 Cetakan I Rabi’ul Tsani 1419 H / Agustus 1998M] ________ Footnote [1] Majmu Fatawa XI 5-7 , 16, 17 [2] As Shufiyah Mu’taqadan wa Maslakan [3] At Tashawwuf al Mansya’ wal Mashadir [4] Mashra’ut TashawwufSketsahidup - salah satu upaya seorang hamba bertaqarrub kepada Allah SWT, yaitu dimulai dari mentadabburi syariat-syariatNya. Ajaran tasawwuf memberikan pengetahuan spiritual kepada kita bahwa untuk berma'rifat kepada Allah SWT, kita harus sampai ke level tajjalli, yakni tersingkapnya tabir dan memperoleh nur. Iyakah? Saya pun masih berasumsi.– Salah satu tanda kebesaran Allah adalah menjadikan pasangan manusia sebagai suami dan istri. Orang-orang yang tadinya tidak saling mengenal bisa Allah pertemukan dan Allah hadirkan kasih sayang di dalam hati masing-masing. Lalu apa hakikat jodoh dalam islam? merangkum, kasih sayang inilah yang membuat kehidupan pernikahan tampak indah. Setiap orang ingin memiliki pasangan yang bisa menjadi belahan jiwa dan menjadi penentram hati. Tidak heran, banyak manusia sangat menantikan waktu dipertemukan dengan Jodoh Termasuk RezekiBeberapa ulama berpendapat bahwa jodoh juga termasuk rezeki. Kehadirannya merupakan misteri, dan sudah ditetapkan saat seseorang dalam kandungan. Rasulullah bersabda, “Kemudian diperintahkan malaikat untuk menuliskan rejekinya, ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya..”.Jodoh juga termasuk hal-hal yang telah dituliskan di Lauhul Mahfuzh. Karena jodoh telah ditetapkan oleh Allah, maka kita seharusnya percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Seperti rezeki, jodoh juga akan sampai kepada kita dan tidak akan Jodoh Membuat Seseorang Jadi TentramAllah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Ruum 21.Ketentraman adalah hal yang akan diperoleh dari ibadah menikah. Dalam pernikahan, seseorang bisa ketenangan, mengharap pahala, dan keturunan yang sholeh dan dari seorang jodoh diperlukan agar ibadah tetap terasa menyenangkan. Karena dalam Islam, menikah bukan sekedar menghalalkan cinta dua insan, melainkan sebagai jalan agar keduanya meraih ridha dan cinta dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!3. Jodoh adalah Orang yang Bisa Saling Memaklumi dan Saling MembantuSesuai ayat tersebut, kita bisa melihat bahwa jodoh yang menjadi pasangan adalah seseorang yang akan mendatangkan ketentraman. Karena itu, kita bisa melihat tanda-tanda bahwa orang yang akan menjadi jodoh kita adalah orang yang mampu memaklumi kekurangan semua orang Allah takdirkan untuk mampu memahami segala cela yang kita miliki. Namun, Allah akan mempertemukan seseorang dengan jodohnya, yang merupakan seseorang yang mudah memaafkan segala kesalahan yang telah dan akan kita juga bisa jadi merupakan seseorang yang membantu meringankan permasalahan. Kalaupun ia tidak terjun langsung menyelesaikan persoalan, namun setidaknya kehadirannya bisa ia adalah seseorang yang diringankan Allah untuk membantu mencarikan jalan keluar, atau mempertemukan kita dengan orang-orang yang bisa membantu kita. Atau orang tersebut bisa mengutarakan kalimat yang memotivasi kita dalam memecahkan masalah. Itulah yang menyebabkan seseorang merasa hidup menjadi mudah jika selalu berdekatan dengan orang yang kemudian menjadi Jodoh Akan Menjadi CerminanDalam Islam, jodoh adalah cerminan diri kita. Allah berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang menuduh itu. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia surga” Nur 26.Maksud bahwa hakikat jodoh adalah cermin bukan hanya dari sifat dan keimanan. Selayaknya cermin, seorang pasangan juga akan menjadi orang yang mengingatkan agar kita tetap berada dalam jalan yang Allah ridhai. Jadi pernikahan menjadi sarana untuk memperkuat iman dan memperbanyak hakikat penciptaan manusia yang telah Allah firmankan, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Dzariyat 56.Tak hanya jadi tamu Allah, umroh juga melancarkan rezeki Anda. Yuk temukan paketnya cuma di adalah Sunnah RasulullahBuat apa membayangkan jodoh jika tidak untuk menikah? Banyak yang menantikan jodohnya karena ingin segera menikah dan melaksanakan sunnah Rasulullah. Menikah adalah sunnah yang tidak boleh kita jauhi. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukanlah termasuk umatku” dan Muslim.Jadi, walaupun rasa takut untuk menikah menghinggapi sebagian orang, tetap saja kita tidak boleh membenci dan menjauhinya. Sebagaimana sunnah-sunnah yang lain, menikah juga akan membawa hikmah dan fadhilah jika Jodoh dalam IslamWalaupun jodoh telah ditentukan, namun dalam perjalanan untuk bertemu dengannya diperlukan ikhtiar. Salah satu ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah memilih calon pasangan sesuai panduan Rasulullah. “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya keislamannya. Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi”. dan Muslim.“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar”. rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di agar kita bisa menemukan partner dan pasangan dalam beribadah, ada baiknya memilih jodoh sesuai panduan Rasulullah. Yaitu dengan melihat akhlaq dan agamanya.
Allahtidak membutuhkan mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun justru (hakikatnya shalat tersebut) merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka. Dengan shalat, hati seorang hamba dan seluruh anggota tubuh beribadah. (Dalam shalat),Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati lebih sempurna dan lebih besar, yaitu berupa (hati bisa
Saya masih ingat pandangan saya dulu “Kalau dua insan sudah berjodoh, pasti mereka berdua memiliki banyak kesamaan dan kecocokan. memlih pasangan pun harus sesuai keinginan dan faktor kecocokan dan kriteria kita. lalu apa sih yg dimaksud dgn JODOH. Sebab, pasangan yang kini menjadi pendamping seumur hidup saya ternyata lebih banyak ketidak cocokannya malah bertentangan apa yg dulu bayanngkan dan inginkan. Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan sendiri, bahwa sebenarnya hakekat jodoh itu bukanlah seperti pandamgan saya dulu. ada lagi pandangan bahwa dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap matanya, kita akan merasakan getaran dan cinta Benarkah seperti itu kah jodoh kita? lalu bagaimanakah bila ada pasangan pasutri belum pernah merasakan hal itu, karena selama pernikahannya yg ada penderitaan dan tekanan bathin kekecewaam dan demi kekecewaan. Menurut saya JODOH sesuatu yg klop dan matching yg ALLAH berikan sesuai kebutuhann kita. artinya bahwa karakter, sifat dan jiwa serta diri kita yg seperti ini akan klop dan matching bila diberi pasanggan seperti ini. Disanalah kita akan berkembang bersikap bijaksana konsekuensinya adalah bahwa pernikahan itu banyak hal tidak enaknya. inilah yg dimaksud RASULLAH bahwa nikah itu menyempurnakan agama, karena disanalah kita akan belajar shbar, tanggung jawab, komitmen dan belajar memaklumi. Jika pasangan merupakan cobaan untuk seseorang untuk melampaui batas maksimum kemampuannya, maka sebenarnya kesulitan serta masalah yang menyertai hadirnya pasangan hidul pasti akan dibarengi dengan kemampuan kita yang sangat pas untuk mengatasi kesulitan itu. INILAH yg dsbt jodoh atau klop. Karakter pasangan yang begini hanya cocok untuk menguji karakter kita yang begitu, karena akan memunculkan kemampuan kita hingga level sekian dan akan merubah dirimya hingga level sekian. Karena Allah menyukai orang-orang yang berpikir, maka hanya orang tua yang mau berpikir, bersabar dan berusaha maksimal saja yang berhasil menjalani pernikahannya.
I Perbedaan dan Persamaan antara Akhlaq dengan Ilmu Tasawuf. 1. Persamaan. Persamaan antara akhlaq dan tasawuf sesuai dengan firman Allah yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam, saling menyayangi dan tidak sombong, apa bila kita berakhlaq maka kita tidak akan sombong, para sufipun juga tidak sombong karena mereka tidak memikirkan duniawi.
Semua orang pasti pernah mendengar kata jodoh, namun kita mungkin jarang mengetahui apa sih pengertian dari jodoh dan hakikat jodoh itu? Ya kali ini bersama kita akan membahas tentang apa itu jodoh dan hakikat tentang jodoh itu sendiri. Kalau kita merujuk pada kamus bahasa Indonesia, maka jodoh itu berarti orang yang cocok menjadi suami atau istri; pasangan hidup. Jodoh juga biasa digunakan untuk kata-kata selain pasangan hidup, yaitu misalnya minum obat dan manjur, maka orang itu berarti berjodoh dengan obat yang dia minum. Lalu apa sih sebenarnya definisi dari jodoh itu? Apakah jodoh itu berarti orang yang sudah menikah dengan kita, dimana jodoh itu ditandai dengan selesainya kalimat ijab dan qabul? Apakah dengan seseorang menikah dengan kita itu berarti jodoh yang sebenarnya? Tapi kalau memang suami istri yang telah menikah adalah jodoh, apakah ketika mereka bercerai berarti mereka bukan jodoh? Apakah jodoh itu sekedar kecocokan yang bersifat sementara, dan jika sudah tidak cocok dan bercerai berarti gagal jodoh? Pemahaman Tentang Jodoh mau menengahi masalah ini. Bahwa orang yang berhasil menikah dengan pasangannya, itu berarti mereka adalah jodoh dengan arti yang sebenarnya, karena pernikahan itu tak dipaksakan dengan kesadaran masing-masing pasangan. Mereka adalah jodoh dalam arti yang hakiki, yaitu keduanya adalah pasangan yang cocok. Namun sayangnya, hidup manusia itu tak semudah seperti apa yang manusia harapkan. Pasti ada masalah yang akan datang pada manusia, termasuk dalam hal jodoh. Perlu dicatat bahwa kecocokan dalam jodoh ketika sudah menikah itu adalah kecocokan baru permulaan saja. Jodoh dalam pernikahan adalah awal mula dari proses untuk mencocokkan antara kedua pasangan itu. Selanjutnya bakalan ada proses-proses pencocokan yang jauh lebih rumit daripada yang dibayangkan. Kalau kedua pasangan bisa bertahan dan berhasil melalui proses pencocokan dalam rumah tangga, maka keduanya akan berhasil. Sebaliknya jika tidak maka umur jodoh pun tak akan abadi, dan akhirnya, bisa tumbang. Pengertian Jodoh Dan Hakikat Jodoh Dalam berjodoh, kedua pasangan jodoh itu tak sepenuhnya sempurna seratus persen karena masing-masing pasangan pasti berbeda dengan pasangannya masing-masing. Walaupun sempurna dan terbaik pun belum tentu cocok dengan pasangannya. Ada kata bijak mengatakan, dua orang yang baik belum tentu menjadi jodoh yang baik. Oleh karenanya, sebagaimana sebutkan sebelumnya, keduanya harus bisa cocok secara terus-menerus. Jodoh Yang Hakiki Nah, jodoh yang hakiki menurut itu adalah jodoh yang bisa terus-menerus melalui proses pencocokan pasangan hingga akhir hayat kedua pasangan itu. Seorang suami bersama istrinya bisa disebut jodoh yang hakiki jika keduanya berhasil melalui beragam masalah dalam rumah tangga sehingga mereka berhasil hidup bersama hingga akhir hidup mereka, hingga detik-detik terakhir hayat mereka. Menurut prespektif ini, ingin mengatakan bahwa kalau orang menikah itu mereka adalah jodoh, namun ketika bercerai berarti mereka berpisah dengan jodohnya. Dan jika kedua pasangan bisa bersama hingga akhir hayat keduanya, maka mereka ini adalah jodoh yang hakiki, jodoh yang sebenar-benarnya. Jodoh sebagaimana singgung sedikit sebelumnya, tidak datang dengan sendirinya langsung cocok dan berjodoh. Tapi jodoh itu ada usaha untuk mencocokkan kedua pasangan. Mudah untuk mencari jodoh tapi yang sulit adalah bagaimana membuat jodoh kita itu adalah jodoh yang hakiki. Itulah arti jodoh yang hakiki menurut Lalu Ada Yang Tanya, Apakah Poligami Juga Jodoh? Nah ini perlu pemahaman yang luas lagi tentang jodoh, bahwa jodoh itu tak melulu dua orang saja. Bahwa dalam agama memang diperbolehkan dalam berpoligami, maka ketika seseorang memutuskan untuk berpoligami, maka istri-istri yang dia miliki itu juga jodoh pastinya, sebagaimana apa yang kita pahami di atas. Arti Istilah Jodoh Haram Ada istilah jodoh halal dan jodoh yang haram. Inti dari jodoh adalah cocok dengan pasangan. Dan dengan pengertian ini, jika dua orang berpasangan tanpa ada ikatan pernikahan saling cocok dan mencintai, maka jika kecocokan ini dijalani dengan hal-hal yang diharamkan dalam agama, maka bisa disebut bahwa keduanya adalah jodoh yang haram. Sebaliknya, jika kedua pasangan yang cocok ini kemudian meneruskan pada pernikahan, maka keduanya bisa disebut jodoh yang halal. Jadi jodoh sebenarnya tak terbatas pada ikatan pernikahan saja, karena inti dari jodoh itu sebenarnya ada pada kata kecocokan. Namun dengan adanya ikatan yang sah itu menunjukkan puncak dari kecocokan kedua pasangan manusia ini, karena dengan pernikahan, keduanya terikat untuk melakukan kewajiban dan mendapatkan haknya yang bisa melindungi kedua pasangan itu untuk bisa menjadi jodoh yang lebih hakiki.
Zainimuda atau Guru Sekumpul memiliki kisah yang unik dalam hal mencari jodoh. Bisa dikatakan rumit, namun juga bisa disebut sederhana. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Anshari el-Kariem dalam bukunya "Figur Kharismatik Abah Guru Sekumpul (Tapin: Darul Muhibbin, 2015)". Ketika usianya menginjak 33 tahun, ada kegundahan di hati Guru Zaini.
Abstract Read online Sufism is one of the Islamic sciences that specifically addressed the inner truth of a man hakikat. Human existence is very dependent on the inner side, from this, human could be directed into a positive taqwa or negative person fujur. Moreover, study of this hakikat is usually done through a sufistic approach. Some of the well-known Sufi figures whose worthy of research is Abu Hamid Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Shafi’I, commonly called Imam al-Ghazali. The study of the hakikat conducted by Ghazali is very influential on the Islamic world and in fact modern-west. This study uses library research approach using books and literatures on his thoughts especially related to the subject of a man and Sufism. Result from this study shows that according to Ghazali, the concept of hakikat or the inner truth is posits inside an integrated individual soul and body, the soul as determinant of life and body as a container of the soul. If someone’s soul is clean taqwa then the body is also become clean taqwa and vice versa if his soul is dirty fujur then the body is become negative fujur. Hakikat would be appeared when a man become a ma’rifatullah . The attainment of the soul into ma’rifatullah stage must go through three processes. firstly takhalli , secondly, tahalli and tajalli and the third is al-nafs almuthma’innah which means having a calm and peaceful soul to be always together with the eternal substance. Keywords
Hakikatnya setiap doa yang kita panjatkan adalah sebuah refleksi dari objek yang telah Allah siapkan. Tidak serta merta kita menginginkan sesuatu di dalam hati, kecuali telah ada objeknya. Seperti ketika menginginkan sebuah makanan, karena baunya sudah tercium dari jauh.
PendahuluanDefinisi Tasawuf/SufiLahirnya Ajaran TasawufPendahuluanالحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه أجمعين، أما بعدIstilah “sufi” atau “tasawuf” tentu sangat dikenal di kalangan kita, terlebih lagi di kalangan masyarakat awam, istilah ini sangat diagungkan dan selalu diidentikkan dengan kewalian, kezuhudan dan kesucian jiwa. Bahkan mayoritas orang awam beranggapan bahwa seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat takwa tanpa melalui jalan ini diperkuat dengan melihat penampilan lahir yang selalu ditampakkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai ahli tasawuf, berupa pakaian lusuh dan usang, biji-bijian tasbih yang selalu di tangan dan bibir yang selalu bergerak melafazkan zikir, yang semua ini semakin menambah keyakinan orang-orang awam bahwasanya merekalah orang-orang yang benar-benar telah mencapai derajat wali kekasih Allah ta’alaSebelum kami membahas tentang hakikat tasawuf yang sebenarnya, kami ingin mengingatkan kembali bahwa penilaian benar atau tidaknya suatu pemahaman bukan cuma dilihat dari pengakuan lisan atau penampilan lahir semata, akan tetapi yang menjadi barometer adalah sesuai tidaknya pemahaman tersebut dengan Al Quran dan As Sunnah menurut apa yang dipahami salafush bukti akan hal ini kisah khawarij, kelompok yang pertama menyempal dalam islam yang diperangi oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di bawah pimpinan Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa kalau kita melihat pengakuan lisan dan penampilan lahir kelompok khawarij ini maka tidak akan ada seorang pun yang menduga bahwa mereka menyembunyikan penyimpangan dan kesesatan yang besar dalam batin mereka, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau menjelaskan ciri-ciri kelompok khawarij ini, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda“…Mereka orang-orang khawarij selalu mengucapkan secara lahir kata-kata yang baik dan indah, dan mereka selalu membaca Al Quran tapi bacaan tersebut tidak melampaui tenggorokan mereka tidak masuk ke dalam hati mereka…” HSR Imam Muslim 7/175, Syarh An Nawawi, cet. Darul Qalam, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.Dan dalam riwayat yang lain beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda “… Bacaan Al Quran kalian wahai para sahabatku tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bacaan Al Quran mereka, demikian pula shalat kalian tidak ada artinya jika dibandingkan dengan shalat mereka, demikian pula puasa kalian tidak ada artinya jika dibandingkan dengan puasa mereka HSR Imam Muslim 7/175, Syarh An Nawawi, cet. Darul Qalam, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuMaka pada hadits yang pertama Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang ciri-ciri mereka yang selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan indah tapi cuma di mulut saja dan tidak masuk ke dalam hati mereka, dan pada hadits yang ke dua Beliau shallallahu alaihi wa sallam menerangkan tentang penampilan lahir mereka yang selalu mereka tampakkan untuk memperdaya manusia, yaitu kesungguhan dalam beribadah yang bahkan sampai kelihatannya melebihi kesungguhan para Sahabat radhiyallahu anhum dalam beribadah karena memang para Sahabat radhiyallahu anhum berusaha keras untuk menyembunyikan ibadah mereka karena takut tertimpa riyaYang kemudian prinsip ini diterapkan dengan benar oleh Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, tatkala kelompok khawarij keluar untuk memberontak dengan satu slogan yang mereka elu-elukan “Tidak ada hukum selain hukum Allah azza wa jalla“. Maka Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menanggapi slogan tersebut dengan ucapan beliau radhiyallahu anhu yang sangat masyhur -yang seharusnya kita jadikan sebagai pedoman dalam menilai suatu pemahaman- yaitu ucapan beliau radhiyallahu anhu “slogan mereka itu adalah kalimat yang nampaknya benar tetapi dimaksudkan untuk kebatilan.”Semoga Allah azza wa jalla Merahmati Imam Abu Muhammad Al Barbahari yang mengikrarkan prinsip ini dalam kitabnya Syarhus Sunnah dengan ucapan beliau “Perhatikan dan cermatilah -semoga Allah azza wa jalla merahmatimu- semua orang yang menyampaikan satu ucapan/pemahaman di hadapanmu, maka jangan sekali-kali kamu terburu-buru untuk membenarkan dan mengikuti ucapan/pemahaman tersebut, sampai kamu tanyakan dan meneliti kembali Apakah ucapan/pemahaman tersebut pernah disampaikan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamradhiyallahu anhu atau pernah disampaikan oleh ulama Ahlussunnah? Kalau kamu dapati ucapan/pemahaman tersebut sesuai dengan pemahaman mereka radhiyallahu anhum berpegang teguhlah kamu dengan ucapan/pemahaman tersebut, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkannya dan memilih pemahaman lain, sehingga akibatnya kamu akan terjerumus ke dalam neraka!” Syarhus Sunnah, tulisan Imam Al Barbahari tahqiq Syaikh Khalid Ar Radadi. Setelah prinsip di atas jelas, sekarang kami akan membahas tentang hakikat tasawuf, agar kita bisa melihat dan menilai dengan jelas benar atau tidaknya ajaran tasawuf Tasawuf/SufiKata “Shufi” berasal dari bahasa Yunani “Shufiya” yang artinya hikmah. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kata ini merupakan penisbatan kepada pakaian dari kain “Shuf” kain wol dan pendapat ini lebih sesuai karena pakaian wol di zaman dulu selalu diidentikkan dengan sifat zuhud, Ada juga yang mengatakan bahwa memakai pakaian wol dimaksudkan untuk bertasyabbuh menyerupai Nabi Isa Al Masih alaihi sallam Lihat kitab kecil “Haqiqat Ash Shufiyyah Fii Dhau’il Kitab was Sunnah” hal. 13, tulisan Syaikh DR. Muhammad bin Rabi’ Al Madkhali.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata “Ada perbedaan pendapat dalam penisbatan kata “Shufi”, karena kata ini termasuk nama yang menunjukkan penisbatan, seperti kata “Al Qurasyi” yang artinya penisbatan kepada suku Quraisy, dan kata “Al Madani” artinya penisbatan kepada kota Madinah dan yang semisalnya. Ada yang mengatakan “Shufi” adalah nisbat kepada Ahlush Shuffah Ash Shuffah adalah semacam teras yang bersambung dengan mesjid Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang dulu dijadikan tempat tinggal sementara oleh beberapa orang sahabat Muhajirin radhiyallahu anhum yang miskin, karena mereka tidak memiliki harta, tempat tinggal dan keluarga di Madinah, maka Rasullah shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan mereka tinggal sementara di teras tersebut sampai mereka memiliki tempat tinggal tetap dan peng- hidupan yang cukup. Lihat kitab Taqdis Al Asykhash tulisan Syaikh Muhammad Ahmad Lauh 1/34, -pen, tapi pendapat ini jelas salah, karena kalau benar demikian maka mestinya pengucapannya adalah “Shuffi” dengan huruf “fa’ “yang didobel. Ada juga yang mengatakan nisbat kepada “Ash Shaff” barisan yang terdepan di hadapan Allah azza wa jalla, pendapat ini pun salah, karena kalau benar demikian maka mestinya pengucapannya adalah “Shaffi” dengan harakat fathah pada huruf “shad” dan huruf “fa’ ” yang didobel. Ada juga yang mengatakan nisbat kepada “Ash Shafwah” orang-orang terpilih dari semua makhluk Allah azza wa jalla, dan pendapat ini pun salah karena kalau benar demikian maka mestinya pengucapannya adalah “Shafawi”. Ada juga yang mengatakan nisbat kepada seorang yang bernama Shufah bin Bisyr bin Udd bin Bisyr bin Thabikhah, satu suku dari bangsa Arab yang di zaman dulu zaman jahiliah pernah bertempat tinggal di dekat Ka’bah di Mekkah, yang kemudian orang-orang yang ahli nusuk ibadah setelah mereka dinisbatkan kepada mereka, pendapat ini juga lemah meskipun lafazhnya sesuai jika ditinjau dari segi penisbatan, karena suku ini tidak populer dan tidak dikenal oleh kebanyakan orang-orang ahli ibadah, dan kalau seandainya orang-orang ahli ibadah dinisbatkan kepada mereka maka mestinya penisbatan ini lebih utama di zaman para sahabat, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in, dan juga karena mayoritas orang-orang yang berbicara atas nama shufi tidak mengenal qabilah suku ini dan tidak ridha dirinya dinisbatkan kepada suatu suku yang ada di zaman jahiliyah yang tidak ada eksistensinya dalam islam. Ada juga yang mengatakan -dan pendapat inilah yang lebih dikenal- nisbat kepada “Ash Shuf” kain wolMajmu’ul Fatawa, 11/5-6.Lahirnya Ajaran TasawufTasawuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para sahabat radhiyallahu anhum bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Ajaran ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini. Lihat Haqiqat Ash Shufiyyah hal. 14.Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Adapun lafazh “Shufiyyah”, lafazh ini tidak dikenal di kalangan tiga generasi yang utama. Lafazh ini baru dikenal dan dibicarakan setelah tiga generasi tersebut, dan telah dinukil dari beberapa orang imam dan syaikh yang membicarakan lafazh ini, seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Sulaiman Ad Darani dan yang lainnya, dan juga diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri bahwasanya beliau membicarakan lafazh ini, dan ada juga yang meriwayatkan dariHasan Al Bashri” Majmu’ Al Fatawa 11/5.Kemudian Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwasanya ajaran ini pertama kali muncul di kota Bashrah, Iraq, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota islam lainnya Majmu’ Al Fatawa, 11/6.Berkata Imam Ibnu Al Jauzi “Tasawuf adalah suatu aliran yang lahirnya diawali dengan sifat zuhud secara keseluruhan, kemudian orang-orang yang menisbatkan diri kepada aliran ini mulai mencari kelonggaran dengan mendengarkan nyanyian dan melakukan tari-tarian, sehingga orang-orang awam yang cenderung kepada akhirat tertarik kepada mereka karena mereka menampakkan sifat zuhud, dan orang-orang yang cinta dunia pun tertarik kepada mereka karena melihat gaya hidup yang suka bersenang-senang dan bermain pada diri mereka. Talbis Iblis hal 161.Dan berkata DR. Shabir Tha’imah dalam kitabnya Ash Shufiyyah Mu’taqadan Wa Maslakan hal. 17 “Dan jelas sekali besarnya pengaruh gaya hidup kependetaan Nasrani -yang mereka selalu memakai pakaian wol ketika mereka berada di dalam biara-biara- pada orang-orang yang memusatkan diri pada kegiatan ajaran tasawuf ini di seluruh penjuru dunia, padahal Islam telah membebaskan dunia ini dengan tauhid, yang mana gaya hidup ini dan lainnya memberikan suatu pengaruh yang sangat jelas pada tingkah laku para pendahulu ahli tasawuf.” Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya Haqiqat At Tasawwuf, hal. 13.Dan berkata Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir dalam kitab beliau At Tashawuf, Al Mansya’ wa Al Mashdar hal. 28 “Ketika kita mengamati lebih dalam ajaran-ajaran tasawuf yang dulu maupun yang sekarang dan ucapan-ucapan mereka, yang dinukil dan diriwayatkan dalam kitab-kitab tasawuf yang dulu maupun sekarang, kita akan melihat suatu perbedaan yang sangat jelas antara ajaran tersebut dengan ajaran Al Quran dan As Sunnah. Dan sama sekali tidak pernah kita dapati bibit dan cikal bakal ajaran tasawuf ini dalam perjalanan sejarah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallahu anhum yang mulia, orang-orang yang terbaik dan pilihan dari hamba-hamba Allah azza wa jalla, bahkan justru sebaliknya kita dapati ajaran tasawuf ini diambil dan dipungut dari kependetaan model Nasrani, dari kebrahmanaan model agama Hindu, peribadatan model Yahudi dan kezuhudan model agama Budha” Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya “Haqiqat At Tashawuf” hal. 14.Dari keterangan yang kami nukilkan di atas, jelaslah bahwa tasawuf adalah ajaran yang menyusup ke dalam Islam, hal ini terlihat jelas pada amalan-amalan yang dilakukan oleh orang-orang ahli tasawuf, amalan-amalan asing dan jauh dari petunjuk islam. Dan yang kami maksudkan di sini adalah orang-orang ahli tasawuf zaman sekarang, yang banyak melakukan kesesatan dan kebohongan dalam agama, adapun ahli tasawuf yang terdahulu keadaan mereka masih lumayan, seperti Fudhail bin Iyadh, Al Junaid, Ibrahim bin Adham dan lain-lain. Lihat kitab Haqiqat At Tashawwuf tulisan Syaikh Shalih Al Fauzan hal. 15Baca pembahasan selanjutnya Hakikat Tasawuf Bag. 2—Penulis Ustadz Abdullah Taslim, Lc. Artikel